Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola, serta mendasarkan diri pada simbol-simbol. Sepanjang sejarah budaya manusia, simbolisme telah mewarnai tindakan-tindakan manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan maupun religinya. Dengan perkataan lain dunia kebudayaan adalah dunia penuh simbol. Manusia berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis. Ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas manusia (Heru Satoto, 1987).
nah, masih ingatkan larangan-larangan ibu atau orang-orang tua tentang hal-hal yg tak boleh dilakukan? misalnya, kita tdk boleh mkn di depan pintu krn nti jauh jodohnya alias gak laku. Kl dipikir dr segi ilmiah memang tak ada hubungannya antara "makan di dpn pintu" dgn "gak laku nikah", namun dari segi budaya kedua hal tersebut sangat berkaitan erat. Coba kita pikirkan kl kita suka makan di depan pintu, trus ada orang yg melihat, maka org trsebut pasti berpikir kita tak punya sopan santun, makan kok di depan pintu. Nah, dari penilaian "tidak sopan" tadi membuat org yg melihat some one yg makan di depan pintu tandanya tak punya sopan santun, jadi tdk pantas untuk dijadikan MANTU.
Sebenarnya dari ungkapan "tidak boleh mkn di depan pintu" td mengajarkan kita untuk menjaga tingkah laku dan kesopanan kita. Kita tidak boleh berlaku seenaknya dlm brmasyarakat.
Masih ingat juga ungkapan "lek mari metu, kudu wesoh cek gak digandoli setan" (kl selesai jalan-jalan, harus cuci kaki terlebih dahulu biar tidak diikuti setan.
Dari ungkapan di atas skali lg kl orang yang "modern" tidak percaya akan hal-hal seperti itu,namun bagi orang jawa ungkapan tadi menyiratkan suatu ajaran kebersihan, ya meskipun masih dikait-kaitkan dgn simbol "Makhluk Halus". Sebenarnya orang Jawa itu pandai, namun mereka tidak bisa menjelaskan secara ilmiah tentang hal-hal yang terjadi dlm kehidupan mereka. Kl kita pikir memang selesai jalan-jalan kita memang harus cuci kaki sebelum masuk rumah, karena ketika kita keluar banyak sekali kuman-kuman dan debu yg melekat pada tubuh kita. Ungkapan ini biasanya diujarkan oleh orang tua kepada anaknya yang masih kecil, dengan harapan mereka akan takut dan patuh kepada orang tua mereka. ungkapan tadi dianggap bisa sebagai "Remote" yg mengendalikan perilku anak mereka.
Begitu banyak makna yang tersimpan dalam petuah-petuah orang tua (khususnya Jawa) yang dijadikan pedoman perilaku dari kita lahir samapi kita meninggal kelak.
(LINDA)
Simbolisme menonjol peranannya dalam tradisi atau adat istiadat Orang Jawa. Simbolisme terdapat dalam setiap karya budaya nenek moyang, serta berperan sebagai warisan budaya turun-temurun, dari generasi tua ke generasi muda.
nah, masih ingatkan larangan-larangan ibu atau orang-orang tua tentang hal-hal yg tak boleh dilakukan? misalnya, kita tdk boleh mkn di depan pintu krn nti jauh jodohnya alias gak laku. Kl dipikir dr segi ilmiah memang tak ada hubungannya antara "makan di dpn pintu" dgn "gak laku nikah", namun dari segi budaya kedua hal tersebut sangat berkaitan erat. Coba kita pikirkan kl kita suka makan di depan pintu, trus ada orang yg melihat, maka org trsebut pasti berpikir kita tak punya sopan santun, makan kok di depan pintu. Nah, dari penilaian "tidak sopan" tadi membuat org yg melihat some one yg makan di depan pintu tandanya tak punya sopan santun, jadi tdk pantas untuk dijadikan MANTU.
Sebenarnya dari ungkapan "tidak boleh mkn di depan pintu" td mengajarkan kita untuk menjaga tingkah laku dan kesopanan kita. Kita tidak boleh berlaku seenaknya dlm brmasyarakat.
Masih ingat juga ungkapan "lek mari metu, kudu wesoh cek gak digandoli setan" (kl selesai jalan-jalan, harus cuci kaki terlebih dahulu biar tidak diikuti setan.
Dari ungkapan di atas skali lg kl orang yang "modern" tidak percaya akan hal-hal seperti itu,namun bagi orang jawa ungkapan tadi menyiratkan suatu ajaran kebersihan, ya meskipun masih dikait-kaitkan dgn simbol "Makhluk Halus". Sebenarnya orang Jawa itu pandai, namun mereka tidak bisa menjelaskan secara ilmiah tentang hal-hal yang terjadi dlm kehidupan mereka. Kl kita pikir memang selesai jalan-jalan kita memang harus cuci kaki sebelum masuk rumah, karena ketika kita keluar banyak sekali kuman-kuman dan debu yg melekat pada tubuh kita. Ungkapan ini biasanya diujarkan oleh orang tua kepada anaknya yang masih kecil, dengan harapan mereka akan takut dan patuh kepada orang tua mereka. ungkapan tadi dianggap bisa sebagai "Remote" yg mengendalikan perilku anak mereka.
Begitu banyak makna yang tersimpan dalam petuah-petuah orang tua (khususnya Jawa) yang dijadikan pedoman perilaku dari kita lahir samapi kita meninggal kelak.
(LINDA)
Posting Komentar